Ucapan, Ejaan, Kata, Pilihan Kata dan Kalimat Efektif
8:40 PM
1. UCAPAN DAN EJAAN
·
UCAPAN
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar
penuturnya adalah bahasa kedua.
Para penutur yang berbahasa Indonesia,
bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai
sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan.
Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu
sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa
Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita
dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa
Indonesianya.
·
EJAAN
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan berlaku sejak tahun 1972 sebagai
hasil penyempurnaan ejaan yang berlaku sebelumnya, yaitu ejaan Van Ophuysen
(1901) dan Ejaan Republik (1947). Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia
sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu tanda (huruf) satu bunyi,
tetapi kenyataan masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada
adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu
/ng/,/ny/,/kh/,dan/sy/. Sebaliknya ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu
tanda saja, yaitu /e/, pepet dan /e/taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan
dalam penyustan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.
Ejaan adalah kaidah tulis menulis baku yang
didasarkan pada penggambaran bunyi. Ejaan tidak hanya mengatur cara memakai
huruf, tapi juga cara menulis kata dan cara menggunakan tanda baca. Ada empat
prinsip dalam penyusunan ejaan, yaitu sebagai berikut:
1.
Prinsip
kecermatan
Sistem ejaan tidak boleh mengandung
kontradiksi. Bila sebuah tanda sudah digunakan untuk melambangkan satu fonem,
maka tanda itu seterusnya dipakai untuk fonem itu.
2.
Prinsip kehematan
Diperlukan standar yang mantap untuk menyusun
suatu ejaan agar orang dapat mengemat tenaga dan pikirannya dalam
berkomunikasi.
3.
Prinsip keluwesan
Sistem ejaan harus terbuka bagi perkembangan
bahasa di kemudian hari. Dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ditetapkan
pengunaan f untuk aktif, sifat, fakultas, dan sebagainya.
4.
Prinsip
kepraktisan
Diusahakan untuk tidak menggunakan huruf-huruf
baru yang tidak lazim agar tidak perlu mengganti mesin ketik dan peralatan
tulis lainnnya. Penggunaan tanda diakritis lebih kurang praktris daripada
penggunaan huruf ganda. Oleh karena itu EYD mempertahankan huruf ganda ng, ny,
sy, kh walaupun huruf-huruf ganda itu menggambarkan fonem tunggal. Pemakaian
huruf ganda itu tetap dipertahankan mengingat prinsip kepraktisan untuk
menggantinya dengan huruf baru atau menggunakan tanda diakritik.
·
ATURAN
PENULISAN HURUF
Ada dua hal yang diatur dalam
penulisan huruf di dalam Ejaan yang disempurnakan, yaitu aturan penulisan huruf
besar atau huruf kapital dan aturan penulisan huruf miring. Kedua aturan
tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut.
1.1 Kaidah Penulisan Huruf Kapital
Kaidah-kaidah penulisan yang tertera pada buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan masih sering diabaikan
penggunaannya pada berbagai tulisan. Kesalahan dalam penulisan terjadi karena
pengguna bahasa tidak mau berusaha memahami kaidah-kaidah yang tercantum dalam
buku pedoman ejaan. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini akan dijelaskan
secara singkat kaidah-kaidah penulisan huruf kapital yang sering menimbulkan
kesalahan yang cukup tinggi. Kaidah yang jarang ditemukan kesalahan
penggunaannya tidak perlu dibicarakan atau dijelaskan pada uraian berikut ini.
Kaidah nomor 3 pada penulisan huruf kapital
menyebutkan bahwa ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci
huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital, termasuk kata-kata ganti untuk
Tuhan. Kata-kata seperti Quran. Maha Pengasih,Maha Esa sebagai
ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan dan nama Tuhan ditulis dengan huruf
kapital. Adapun ungkapan yang berhubungan dengan nama diri cukup ditulis dengan
huruf kecil. Dengan demikian, kata-kata seperti jin, iblis, surga, neraka,
malaikat, nabi, rasul, meskipun bertalian dengan keagamaan tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Kata ganti Tuhan, yaitu Engkau, Nya, dan Mu,
huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kapital. Antara kata ganti dan kata
yang mengikutinya harus diberikan tanda hubung karena tidak boleh ada huruf
kapital diapit oleh huruf kecil. Sebagai contoh, untuk kata ganti hamba, yang
dirangkaikan dengan kata ganti Tuhan (Nya) harus ditulis
1.2
Penulisan
Huruf Miring
Penulis huruf miring hanya dapat dipakai pada
tulisan (karangan) yang menggunakan mesin cetak atau mesin tulis yang memiliki
huruf miring. Tulisan (karangan) berupa tulisan tangan atau pengetikan dengan
menggunakan mesin tulis biasa yang tidak memiliki huruf miring dapat dilakukan
dengan cara lain, yaitu kata yang dicetak miring dengan menggunakan huruf
miring dapat diberi garis bawah sebagai gantinya. Dengan kata lain, semua kata
yang akan dicetak miring diberi garis bawah dalam tulisan tangan atau ketikan
biasa.
Huruf miring dapat dipakai (1) menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutib dalam karangan, (2) menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata, dan (3) menuliskan
kata nama – nama ilmiah atau ungkapan asing.
Contoh :
Majalah bahasa dan kesusastraan
Surat kabar pedoman rakyat
Weltanschauung diterjemahkan menjadi pedagang dunia
·
PEMAKAIAN
HURUF
Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam abdjadnya, yaitu mulai dengan huruf
/a/sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf diantaranya, yaitu huruf
/f/,/v/,/x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut
dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian
huruf itu tetap dipertahankan dan jangan di ganti dengan huruf lain.
Contoh :
Fakta tidak boleh diganti dengan pakfa
Aktif tidak boleh diganti dengan aktip
Valuta tidak boleh diganti dengan
paluta
Pasif tidak boleh diganti dengan pasip
Zairah tidak boleh diganti dengan
jiarah siarah
Meskipun huruf-huruf serapan sudah
dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian
huruf /q/dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama dan istilah,
sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. demikian pula
huruf /x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x + y. Huruf /x/
apabila terdapat pada tengah kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus
konsonan /ks/.
Contoh :
Quran tetap ditulis Quran ( nama )
aquarium harus ditulis dengan akuarium
quadrat harus ditulis dengan kuadra
taxi harus ditulis dengan taksi
complex harus ditulis dengan kompleks
Huruf /k/ selain untuk melambangkan
bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan bunyi hamzah (glotal). Ternyata
masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah
(glotal) tersebut.
Contoh :
ta’zim harus diganti dengan taksim
ma’ruf harus diganti dengan makruf
da’wah harus diganti dengan dakwah
ma;mur harus diganti dengan makmur
·
PENGGUNAAN TANDA
BACA
1. Tanda titik (.)
Fungsi dan pemakaian tanda titik:
§ Untuk mengakhiri sebuah kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan,
§ Diletakan pada akhir sinkatan gelar, jabatan,
pangkat dan sapaan,
§ Pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
sangat umum,
Contoh :
o Menggunakan tanda baca dengan benar agar tidak
terjadi kesalah pahaman.
o Dr. Adit senang mengobati orang sakit.
o Kutipan menarik itu diambil dari hlm 5 dan
8.
2. Tanda Koma (,)
Fungsi dan pemakaian tanda koma antara lain:
§ Memisahkan unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilang,
§ Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat,
§ Memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dakam kalimat, dll.
Contoh :
o
Studio tersebut
tersedia berupa gitar, drum dan bass.
o
Apabila keliru
memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju.
o
“Jangan buang
sampah sembarangan,” kata Rudi.
3. Tanda Seru (!)
Fungsi dan pemakaian tanda seru :
§ Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau
pernyataan berupa seruan atau perintah atau yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Contoh
:
o
Jangan letakan
benda itu di depan saya !
4. Tanda Titik Koma (;)
Fungsi dan pemakaian titik koma adalah:
§ Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
atau setara
§ Memisahkan kalimat yang setara didalam satu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh :
o
Hari makin sore;
kami belum selesai juga.
o
Desi sibuk
bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola.
5. Tanda Titik Dua (:)
Tanda Titik Dua digunakan dalam hal-hal
sebagai berikut
§ Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.
§ Pada kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian
§ Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan
pelaku dalam percakapan
Contoh
:
o Fakultas Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga
jurusan: Akuntansi, Managemen, dan Ilmu Ekonomi.
o Project By: Alland Project
Penulis: Indra Lesmana
Editor: Wicak
o “Jangan datang
terlambat.”
Budi: “Siap, Pak.”
6. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti
berikut:
§ Menyambung unsur-unsur kata ulang
§ Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing—-
Contoh
:
o
Anak-anak
kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi.
o
di- packing
7. Tanda Elipsis (…)
Tanda
elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut
§ Mengambarkan kalimat yang terputus-putus
§ Menunjukan bahwa satu petikan ada bagian yang
dihilangkan
Contoh
:
o
“PLAK …..
ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat, sampai-sampai orang
itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah jurang yang sangat
dalam.
8. Tanda Tanya (?)
§ Tanda tanya selalunya dipakai pada setiap
akhir kalimat tanya.
§ Tanda tanya yang dipakai dan diletakan didalam
tanda kurung menyatakan bahwa kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh
:
o
Siapa Presiden
Indonesia saat ini?
9. Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dipakai dalam ha-hal berikut
§ Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
§ Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian pokok pembicaraan
§ Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu
seri keterangan
Contoh
:
o
Jumlah barang
yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut demand (permintaan).
10. Tanda Kurung Siku ( [..] )
Tanda kurung siku digunakan untuk:
§ Mengapit huruf, kata atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada akhir kalimat atau bagian kalimat yang
ditulis orang lain
§ Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung
Contoh
:
o
Persamaan
akuntansi ini (perbedaannya ada di Bab 1 [lihat halaman 38-40]) perlu
dipelajari disini.
11. Tanda Petik (“…”)
Fungsi tanda petik adalah:
§ Mengapit petikan lagsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah atau bahan tertulis lain
§ Mengapit judul syair, karangan, bab buku
apabila dipakai dalam kalimat
§ Mengapit istilah kalimat yang kurang dikenal
Contoh
:
o
Pasal 36 UUD 1945
berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.”
12. Tanda Petik Tunggal (‘..’)
Tanda Petik tunggal mempunyai fungsi :
§
Mengapit petikan
yang tersusun di dalam petikan lain
§
Mengapit
terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Contoh
:
o
“Dia bilang
padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya
kembali.” Ujar Andi.
13. Tanda Garis Miring (/)
§ Tanda garis miring dipakai dalam penomoran
kode surat
§ Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti
kata dan, atau, per atau nomor alamat
Contoh
:
o
Modem itu
memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s.
14. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
- Tanda
Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.
Contoh
:
o
Budi bertugas sebagai
pembaca pembukaan UUD ‘45.
2. KATA
DAN PILIHAN KATA
·
PENGERTIAN KATA
Kata
adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu
atau lebih morfem. Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri
sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa
afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
·
PENGERTIAN
DIKSI
Diksi
adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam
dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Kata yang
tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu
harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Diksi
dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang
untuk mengungkapkan sebuah cerita.
·
PENGERTIAN MAKNA
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna
dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa
dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak
bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).
·
STRUKTUR LEKSIKAL
Yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah bermacam-macam
pertalian semantik yang terdapat di dalam kata.
1.1 Polisemi
Seperti terlihat dalam contoh yang lalu, satu kata mungkin
mempunyai arti lebih dari satu. Di antara arti-arti itu masih ada hubungan,
meskipun hanya sedikit atau hanya bersifat kiasan.
1.2 Homonimi
Apabila dalam polisemi kita berbicara mengenai satu kata yang
mempunyai beberapa arti, maka dalam homonimi kita memperoleh kenyataan lain
bahwa yang menyangkut dua kata atau lebih yang berlainan makna, tetapi
mempunyai bentuk yang sama (homograf) atau mempunyai bunyi yang sama (homofon).
1.3 Sinonimi
Sinonimi atau lebih dikenal dengan istilah sinonim yaitu kata-kata
yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama.
1.4 Hiponimi
Antara sebuah kata dengan kata yang lain sering terdapat semacam
relasi atas dan bawah, yang dalam ilmu bahasa disebut hiponimi.
1.5 Doblet
Ada kata-kata yang benar-benar sama asal usulnya dan dalam
perkembangannya lalu ada yang berbeda bentuk maupun artinya.
3. KALIMAT EFEKTIF
·
PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan
pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya atau arti serta tujuannya
seperti yang di maksud penulis atau pembicara. Kalimat efektif juga merupakan
kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi
secara tepat.
§ Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar
atau pembaca.
§ Singkat : berarti hemat dalam pemakaian atau
pemilihan kata-kata.
§ Tepat : berarti sesuai dengan kaidah bahasa
yang berlaku.
Kalimat dikatakan
efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun
pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.
·
PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF
Dalam
berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang
baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang
lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan
kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain, ada dua
syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat
mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut
sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Kalimat efektif
dapat diartikan sebagai kalimat yang tersusun atas kata-kata berunsur subjek,
predikat, objek, dan keterangan atau kalimat yang tidak berbelit-belit. Dari
arti-arti tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
disusun sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku, yang memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang ada pada pikiran pembicara atau penulis.
Pemahaman
terhadap suatu kalimat tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap kata-kata
dan kaidah yang terdapat dalam kalimat tersebut. Untuk membentuk suatu kalimat
efektif, pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat diperlukan agar informasi
yang disampaikan sesuai dengan maksud pembicara atau penulis.
Dengan diksi,
pembicara atau penulis dituntut untuk mempelajari berbagai kata, seperti
kata-kata bermakna konotasi dan denotasi, sinonim, idiom, serta kata umum dan
kata khusus. Kata-kata tersebut terkadang memiliki makna yang serupa sehingga
dapat mengggantikan kata lain demi tercapainya makna yang sama dengan kalimat efektif.
Akan tetapi, pembicara atau penulis juga harus mempertimbangkan faktor di luar
kebahasaan yang sangat berpengaruh pada penggunaan kata.
Biasanya, kalimat
efektif digunakan pada penulisan karya ilmiah, seperti makalah, laporan
penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Kalimat efektif jarang digunakan
oleh para sastrawan atau para wartawan karena mereka lebih banyak menggunakan
majas.
Adapun
syarat-syarat yang harus ada dalam penulisan kalimat efektif, antara lain 1)
memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur subjek dan predikat; 2) sesuai
dengan EYD; 3) menggunakan diksi yang tepat; 4) menggunakan kesepadanan antara
struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis; 5) menggunakan
kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai; 6) ada penekanan ide pokok; 7) mengacu
pada kehematan penggunaan kata; 8) menggunakan variasi struktur kalimat.
SUMBER:
http://pelitaku.sabda.org/penggunaan_dan_tata_tulis_ejaan_pelafalan_pemakaian_huruf_dan_pemisahan_suku_kata
http://www.kajianpustaka.com/2013/03/pengertian-dan-jenis-jenis-makna-kata.html
http://abasawatawalla01.blogspot.co.id/2013/02/kata-frasa-klausa-dan-diksi.html
https://dioramakata.wordpress.com/2014/01/09/struktur-leksikal/
http://edigunawan01.blogspot.co.id/2013/04/ucapan-dan-ejaan-bahasa-indonesia.html
https://bagus3handoko.wordpress.com/2014/03/19/kaidah-ejaan-penulisan-bahasa-indonesia/
https://bebery.wordpress.com/2013/10/03/tanda-baca-fungsi-dan-contoh/
http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/kalimat-efektif.html
0 comments